Jumat, 25 November 2011

Tafsir Dan Terjemahan Al Fatihah Ayat 6


HASIL PENERJEMAHAN (BAHASA INDONESIA)
TAFSIRAN ASLI (BAHASA ARAB)
BUNYI AYAT
Panduan kami jalan yang lurus (6)

Bimbingan konseling, dan asal kemiringan, dan Mahdi tahu penafsiran yang tepat, dampak kepuasan, dan percaya dalam dirinya. Hal ini tersirat dalam ayat ini, kita, membimbing kita apa artinya - dan percaya pada bimbingan dalam kasus tersebut - yang berarti pertanyaan keberlanjutan dan lebih tinggi. Dan jalan yang benar dengan cara yang benar sebagaimana adanya dan orang-orang Tauhid. Arti dari setiap ml kita, membimbing kita untuk Anda, dan Anda membawa kami, dan menjadi pemandu kami kami, dan senang Anda cara kita, dan tinggal bersama kita, kami memutuskan, dan mengumpulkan Anda keprihatinan kami.
Pemisahan: Potong rahasia kami untuk pihak ketiga, saksi, dan melambai di horoskop kami Lampu hati, dan dipilih untuk Anda efek kenajisan Qsodna, dan permintaan untuk Klik rumah dan penalaran untuk koleksi kotak dan kedekatan yang terus-menerus.
Pemisahan: solusi antara kami dan peribahasa narapidana dan format, termasuk Tlatefna dengan kehadiran terus-menerus, dan saksi-saksinya Tkashifna keagungan dan keindahan.
Bab ini membimbing kita ke kanan agar tidak bergantung pada transaksi media, dan terletak pada wajah konsolidasi dan debu was-was Alaalal kalkulus.
Panduan kami jalan yang lurus yang menghilangkan kegelapan urusan kita untuk kita Nstadhae lampu suci cor Altefia kami meminta, dan mengangkat kita ke Nstbesr kami di bawah bintang-bintang Anda, Vnagdk Anda.
Bab: Tunjukilah kami jalan yang lurus sehingga tidak mendampingi kita ditugaskan oleh godaan Setan dan berbisik, dan pendamping jiwa Khtarat, kekhawatiran, atau Asdna untuk akses Tarig di tanah air tradisi, atau mencegah kita dari RCN Foresight berbagi yang biasa indoktrinasi, dan momok Tsthoena dari Nesho atau tanpa kompromi, pikiran atau biasanya dan kelelahan atau kelemahan kehendak, dan keserakahan uang atau informasi lebih lanjut, silahkan.
Pemisahan: jalan yang lurus dari buku apa itu dan membimbing tahun, dan bukan untuk bidah oleh Sultan tidak masalah baginya. 
Lurus jalan yang kesehatannya telah melihat tanda-tanda konsolidasi, dan memberitahu dia bukti penyelidikan, jalan yang lurus dari apa yang digunakan untuk menjadi pendahulu bangsa, dan tanda-tanda Beswabh diucapkan pelajaran.Jalan yang lurus adalah kekayaan Pine dilewati, dan menuju perbedaan hak. Jalan yang lurus mengarah Psahlkh dibawa ke keseragaman, dan menyaksikan dampak dari perawatan pemilik dan kemurahan hati, sehingga tidak berpikir positif (tunjangan) usaha.
الهداية الإرشاد ، وأصلها الإمالة ، والمهديُّ من عرف الحق سبحانه ، وآثر رضاه ، وآمن به . والأمر في هذه الآية مضمر؛ فمعناه اهدنا بنا - والمؤمنون على الهداية في الحال - فمعنى السؤال الاستدامة والاستزادة . والصراط المستقيم الطريق الحق وهو ما عليه أهل التوحيد . ومعنى اهدنا أي مِلْ بنا إليك ، وخُذْنا لك ، وكن علينا دليلنا ، ويَسِّرْ إليك سبيلنا ، وأقم لنا هممنا ، واجمع بك همومنا .
فصل : اقطعْ أسرارنا عن شهود الأغيار ، ولوِّح في قلوبنا طوالع الأنوار ، وأفْرِدْ قصودنا إليك عن دَنَس الآثار ، ورقِّنا عن منازل الطلب والاستدلال إلى جَمْع ساحات القُرب والوصال .
فصل : حُلْ بيننا وبين مساكنة الأمثال والأشكال ، بما تلاطفنا به من وجود الوصال ، وتكاشفنا به من شهود الجلال والجمال .
فصل : أرْشِدْنَا إلى الحق لئلا نتكل على وسائط المعاملات ، ويقع على وجه التوحيد غبار الظنون وحسبان الإعلال .
اهدنا الصراط المستقيم أي أزِلْ عنَّا ظلمَاتِ أحوالنا لنستضيء بأنوار قُدْسِك عن التفيؤ بظلال طلبنا ، وارفع عنا ظل جهدنا لنستبصر بنجوم جودك ، فنجدك بك .
فصل : اهدنا الصراط المستقيم حتى لا يصحبنا قرين من نزغات الشيطان ووساوسه ، ورفيق من خطرات النفوس وهواجسها ، أو يصدنا عن الوصول تعريج في أوطان التقليد ، أو يحول بيننا وبين الاستبصار ركون لي معتاد من التلقين ، وتستهوينا آفة من نشو أو هوادة ، وظن أو عادة ، وكلل أو ضعف إرادة ، وطمع مالٍ أو استزادة .
فصل : الصراط المستقيم ما عليه من الكتاب والسنة دليل ، وليس للبدعة عليه سلطان ولا إليه سبيل . الصراط المستقيم ما شهدت بصحته دلائل التوحيد ، ونبهت عليه شواهد التحقيق ، الصراط المستقيم ما دَرَجَ عليه سَلَفُ الأمة ، ونطقت بصوابه دلائل العبرة . الصراط المستقيم ما باين الحظوظَ سالكُه ، وفارق الحقوقَ قاصدُه . الصراط المستقيم ما يُفْضِي بسالكه إلى ساحة التوحيد ، ويُشْهِدُ صاحبَه أثرَ العناية والجود ، لئلا يظنَّه موجَبٌ ( ببدل ) المجهود .
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)

SEJARAH ISLAM DI DENMARK


Di negara Denmark yang terletak di ujung utara Eropa, Islam memang bukan agama mayoritas. Sebab, negara yang berpenduduk sekitar 5 juta jiwa ini, Islam adalah agama kedua setelah Kristen Protestan. Kendati demikian, “nyala api” perkembangan Islam yang dibawa oleh para Imigran dari berbagai negara semakin berkobar seperti nyala lilin yang menerangi ruangan di tengah malam.

Kendatipun perkembangan itu telah menunjukkan bahwa Islam adalah sebuah agama yang diakui kerajaan dan dijamin adanya “kebebasan menjalankan ajaran agama” seperti yang ditetapkan UU Denmark, toh tetap ada diskriminasi dan perlakuan tidak adil yang diterima umat Islam Denmark. Akibatnya, itu jadi riak-riak kecil yang menuntut umat Islam Denmark harus teguh memegang agama dan menjadikan tantangan tersendiri untuk terus mengibarkan bendera Islam di negara yang besarnya kurang lebi 1/3 pulau Jawa.

Dibawa oleh Kaum Imigran
Kapan persisnya Islam masuk Denmark, tak ada satu kepastian jelas untuk dijadikan “rujukan”. Tapi perkembangan dan masuknya Islam ke Denmark, tidak bisa dilepaskan dari sejarah Denmark. Sebab, sekitar 1536 Denmark menetapkan UUD yang memberi kebebasan bagi warganya untuk memeluk agama yang mereka yakini. Dari kemunculan UU itu lalu berimbas terjadinya perpindahan penganut Katolik-Roma ke Protestan Lutheran. Lambat-laun perpindahan itu ternyata mencapai titik kulminasi dan bahkan tahun 1849, Protestan telah menjadi agama resmi di negara Denmark.

Sejarah selanjutnya mencatat, Denmark yang terletak di ujung Utara Eropa didatangi para tamu sebagai imigran. Sebenarnya, waktu itu tak cuma Denmark yang menjadi tempat datangnya para imigran karena di semua dataran Eropa, juga mendapatkan tamu yang sama.

Uniknya, lama-kelamaan jumlah kaum imigran itu kian banyak dan bersamaan itu agama-agama minoritas mulai tumbuh, seperti Islam, Katolik, Yahudi, Hindu dan Budha. Di antara agama kaum monoritas itu, Islam menduduki peringkat ke-2 setelah Katolik. Saat itu, diperkiraan jumlah pemeluk Islam 100 ribu jiwa, sementara Katolik sekitar 350 ribu.

Jika mau ditelisik lebih jauh, awal mula kedatangan kaum muslim ke Denmark terjadi pada 1967 hingga November 1970. Waktu itu pemerintah Denmark memang mengizinkan import tenaga kerja asing yang dibutuhkan sebagai pekerja kasar dan mayoritas berasal dari Turki, negara-negara eks-Yugoslavia, Maroko dan Pakistan. Jumlah dari imigran itu makin bertambah setelah anggota keluarga yang lain menyusul untuk berimigrasi.

Setelah melihat adanya gelombang imigran yang kian banyak, sekitar tahun 1970-an pemerintah Denmark mulai bersikap lain. Jika pada awal mulanya bersikap lunak, kemudian berubah menjadi keras. Rupanya, hal itu berdampak besar kepada kaum pekerja. Banyak pekerja asing pun harus menelan ludah, kehilangan pekerjaan.

Selain itu, dihembuskan sikap takut pada agama Islam. Apalagi fakta menunjukkan bahwa hampir semua kaum muslim di sana hidup miskin dan tidak punya mata pencaharian. Rupanya, hasutan itu berhasil. Akibatnya, warga setempat menganggap kaum muslim sebagai penyebab dari timbulnya huru-hara dan masalah sosial.

Selanjutnya, pada tahun 80-an gelombang kedua imigran muslim menjejakkan kaki ke Denmark. Imigran kedua itu sebagian besar berasal dari Palestina, Iran, Irak, Bosnia, Somalia serta Afganistan. Jadi, muslim Denmark berasal dari beragam etnis. Juga, berbeda dengan gelombang pertama yang dipicu untuk mencari kerja, gelombang kedua lebih disebabkan karena alasan mencari selamat dari kecamuk perang yang terjadi di negara-negara mereka.

Berdasarkan UU negara tahun 1536, sudah seharusnya negara menjamin kebebasan beragama dan menghormati pelaksanaan ibadah berdasarkan dengan keyakinan yang mereka anut. Tapi kenyataan di lapangan tak seperti yang tertulis di atas kertas. Jadi, sebagai agama resmi negara, Lutherian Evangelis memperoleh banyak kemudahan dibanding agama lain.

Tantangan Yang Dihadapi
Fakta menunjukkan jumlah umat Islam Denmark kian meningkat. Tapi keberadaan Islam sebagai agama kedua, ternyata tak diimbangi jaminan kehidupan beragama. Akibatnya, Denmark tak selamanya menjadi tempat kondusif bagi kehidupan kaum muslimin.

Pada November 2000, misalnya , PM Paul Nyrup Rasmunssen mengkritik muslim setempat yang meminta hak istirahat selama waktu shalat. Kritik ini ternyata langsung menuai kecaman dari banyak pihak, termasuk Partai Sosialis Demokrat. Sebab, sebagian besar warga setempat tahu bahwa waktu istirahat untuk melaksanakan shalat lima waktu itu tidak menjadi masalah mendasar di tempat kerja. Artinya, tidak mengganggu aktivitas kerja. Akhirnya pada 19 Desember 2002 Rasmussen meminta maaf secara terbuka atas pernyataannya tersebut

Belum lagi, peraturan keimigrasian Denmark untuk membatasi kehadiran imigran ke Denmark, terutama para tokoh, ilmuwan dan pemuka Islam. Tak dapat disangkal, peraturan itu dimaksudkan untuk menghadang ilmuwan muslim tinggal di Denmark dan memulangkan mereka yang sudah lebih dahulu berada di negara kecil itu. "Teorinya, peraturan ini berlaku bagi semua tokoh agama apapun. Namun prakteknya, target utamanya adalah imam muslim," ungkap juru bicara Danish People Party (DPP), Peter Skaarup.

Terkait dengan hal tersebut, sejumlah cendekiawan Muslim juga mengakui, tak hanya di Denmark, para imam di negara Eropa juga mengalami masalah serupa. Dari kebijakan yang seharusnya memperlakukan setiap agama mendapat perlakuan sama, ternyata berbeda bagi mereka (para imam). Seperti yang dialami para imam di Belanda.

Persoalan lain yang dihadapi kaum muslim di Denmark adalah masih kuatnya citra Islam yang dipandang dengan sebelah mata. Untuk itu, pemerintah kerajaan Denmark akan mulai menerapkan rencana yang sudah dibuat untuk membatasi aktifitas para pemuka Islam yang dianggap 'radikal'. Kebijakan ini, tentu saja ditujukan kepada para imam atau para da'i. Selain itu, pemerintah juga mewajibkan para pemuka Islam untuk memiliki standar hidup yang berkecukupan, mampu berbahasa Denmark dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat barat. Jika para pemuka agama Islam tidak bisa memenuhi persyaratan itu, maka mereka akan dikatagorikan sebagai 'orang yang tidak disukai'.

Pernyataan dan kebijakan negara yang perannya kurang menonjol di Eropa ini atas kaum muslim jelas menimbulkan kekhawatiran. Sebab, di Denmark sudah ada sekitar 200 ribu warga muslim. Karena itu, mereka khawatir kalau-kalau pemerintah kerajaan Denmark akan memberlakukan peraturan yang lebih ketat lagi di masa mendatang, meski agama Islam di Denmark menjadi agama kedua terbesar setelah agama Kristen Protestan Lutheran.

Mengharap Setitik Cahaya
Rupanya, tak selamanya kebijakan yang diterapkan bagi kaum muslim semuanya bisa dikata bersifat negatif. Sebab, ada juga sebuah keputusan penting dibuat otoritas pendidikan Denmark yang ternyata menyetujui program pemberian pelajaran agama Islam, khususnya al-Quran, pada tahun ajaran 2004/2005 di sekolah-sekolah menengah pertama yang ada di negara itu.

Keputusan pemerintah Denmark untuk memasukkan mata pelajaran Al-Quran dan bahasa Arab di sekolah-sekolah, mengikuti langkah yang sudah dijalankan oleh negara-negara Skandinavia. Swedia misalnya, sudah memasukkan mata pelajaran agama Islam di sekolah selama bertahun-tahun. Begitu juga halnya dengan Norwegia dan Finlandia, kaum orientalis di kedua negara itu ditugaskan untuk memberikan penjelasan tentang Islam dan budaya Arab

Dengan diterapkannya aturan itu, Denmark akan menjadi negara kedua di kawasan Skandinavia, setelah Swedia yang memberikan pelajaran al-Quran di sekolah. Adapun di Norwegia dan Finlandia, para siswa yang berminat juga diperbolehkan untuk mengikuti kelas sejarah dan peradaban Islam-Arab. Ketika mengumumkan kebijakan tersebut tanggal 19 September 2004, Ulla Toernaes, juru bicara Departemen Pendidikan, mengharapkan agar pelajaran al-Quran nantinya dapat membantu masyarakat Denmark lebih mengenal Islam. ''Apalagi semakin banyak kalangan yang ingin mengetahui lebih jauh tentang agama ini,'' ujarnya.

Islam kini merupakan agama kedua terbesar di Denmark. Jumlah umat muslim diperkirakan mencapai 200 ribu jiwa dari total populasi sebesar 5,3 juta jiwa. Komunitas muslim yang berada di Eropa Barat segera “menyambut baik” inisiatif dari pemerintahan Denmark itu. ''Hal ini akan menjadi langkah penting dalam menuju tatanan masyarakat yang multi-etnis dan saling menghargai satu sama lainnya,'' demikian advetorial sebuah koran lokal Denmark.

Sebetulnya, 'angin' ke arah sana sudah terbaca sejak awal tahun 2004. Akhir tahun lalu, pemerintah Denmark menggulirkan rencana untuk memberikan program pendidikan tambahan berupa pelajaran bahasa Arab dan agama Islam di sekolah-sekolah negeri. Tetapi benarkah semuanya setuju dengan kebijakan ini? Ternyata ada ganjalan juga. Untuk ukuran negara-negara Eropa, keputusan pemerintah Denmark memang lumayan 'berani'. Begitu palu keputusan diketok, mereka langsung berhadapan dengan kelompok sayap kanan yang didominasi Partai Kaum Sosialis (Socialist People's Party atau Socialistisk Folkeparti), sebuah partai yang anti-muslim. Mereka mengecam habis kebijakan pemerintah itu.

Warga muslim di negara-negara Eropa Barat menyambut baik kebijakan pemerintah Denmark, yang dinilai sebagai langkah yang tepat dalam komunitas yang multi etnis. Satu-satunya yang menentang kebijakan pemerintah Denmark adalah kelompok sayap kanan partai sosialis yang dikenal anti Islam.

Ketika 'gelagat' bakal disahkannya keputusan pengajaran Islam di sekolah mulai terbaca, koran-koran anti-Islam sudah mulai membuat tulisan miring. Belum lama ini, dua orang politisi Denmark mengaku terganggu dengan sebuah tulisan yang menyoroti masalah seputar proses integrasi umat muslim yang tengah berlangsung di negara mereka.

Fakta di lapangan menunjukkan, jumlah umat Islam di Denmark makin meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa makin banyak orang Swedia yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Islam. Pemberian pengajaran al-Quran di sekolah, sekaligus sebagai niat baik dari pemerintah Denmark untuk mengakomodasi komunitas muslim di negara itu.

Saat ini, ada sekitar 200.000 warga Muslim di Denmark dan agama Islam, menjadi agama kedua terbesar setelah agama kristen protestan. Mereka kini sedang menghadapi persoalan untuk menyediakan pemakaman khusus bagi warga muslim. Komunitas muslim di Swedia harus punya dana sebesar 3,2 juta Krone untuk membeli lahan yang akan digunakan sebagai pemakaman muslim. Pemerintah Denmark sendiri masih membicarakan persoalan ini.

Selain itu, ada lagi persoalan penting yang dihadapi umat Islam di Denmark. Sebab, dengan meningkatnya jumlah penduduk muslim Denmark, ternyata tidak diimbangi dengan jumlah masjid yang ada. Jadinya, kini kaum muslim Denmark benar-benar membutuhkan masjid, karena tempat ibadah masjid haruslah diakui sebagai nafas umat Islam. Tanpa masjid, bagaimana denyut Islam bisa leluasa didengungkan? (nur mursidi/ dari berbagai sumber)